Dua sosok terlahir dari rahim jaman yang sama-sama memilih untuk mengamini perputaran roda-roda jaman. Dua sosok itu pula, ramai-ramai menyembah dan mengagungkan perputaran roda-roda mesin sebagai berhala anyar di laga kehidupan.
Eden Hazard, gelandang Chelsea mendulang segepok puja-puji karena perannya sedemikian ciamik lantaran The Blues meraup dua kemenangan berturut-turut dalam dua laga perdana Liga Utama Inggris (Premier League). Enam gol dijaringkan ke gawang lawan, lima assist disumbangkan Hazard. Tidak ada kata lain, dia hebat.
Charlie Chaplin, komedian layar lebar dari panggung masa revolusi industri, mengundang decak kagum penonton setelah mengunyah pesan bahwa roda mesin adalah segalanya. Sampai-sampai mesin dianggap bahkan disembah sebagai "tuhan dengan huruf kecil" pada jaman itu.
Lihat saja, bagaimana Hazard menggiring bola dan berusaha melewati hadangan pemain Reading, Gareth McCleary, dalam laga Premier League di Stamford Bridge, Rabu (23/8). Chelsea menang 4-2, tanpa bisa mengabaikan peran pemain muda asal Belgia itu.
Saksikan saja, bagaimana Chaplin ketika menyantap makan siang dengan alat makan siang mengikuti irama mesin, karena sehari-hari ia menggeluti mesin sebagai satu-satunya taruhan hidup untuk bertahan hidup.
Dengan mengambil panggung masa berbeda, baik Hazard maupun Chaplin, sama-sama bekerja di dunia industri. Hazard di industri bermerk Premier League, sementara Chaplin bertugas mengencangkan mur di samping sebuah jalur perakitan. Keduanya dapat dianggap sebagai komponen dari sebuah gerak mesin.
Persis, bos manajer Chelsea mengutarakan pernyataan bernuansa bahwa Hazard sekedar komponen. "Ia menunjukkan kualitas terbaiknya. Penampilannya luar biasa dan padu berkombinasi dengan semua rekan setimnya. Ia pemain berbahaya dan pemain seperti itulah yang kami cari," kata Di Matteo seusai Chelsea mengandaskan Wigan Athletic 2-0, Minggu (19/8).
Dianggap sebagai komponen, Hazard digadang-gadang mampu relatif lebur dalam mesin Chelsea. Dihargai sebagai komponen, Chaplin melakoni hidup tanpa tegur sapa karena yang ada di khasanah hidupnya hanya bekerja, bekerja, dan bekerja.
Akibat deraan bekerja tiada henti, Chaplin dibaptis sebagai bagian dari bejana proses produksi. Setali tiga uang, Hazard kini dihujani pujian sebagai pemain sekelas penyerang brilian Brasil, Ronaldo. Pemain berusia 21 tahun itu disebut oleh Di Matteo, memiliki kemiripan gaya bermain dengan legenda hidup "The Blues", Gianfranco Zola.
Sampai-sampai, bek Chelsea, Gary Cahill, memuji penampilan Hazard sebagai motor kemenangan timnya atas Reading. Ada Hazard, di balik gol Gary Cahill (69) dan Brasnislav Ivanovic (90+5). Gol penalti Frank Lampard juga diberikan karena Hazard dilanggar Chris Gunter pada menit ke-18.
"Aku pikir Hazard sangat fantastis malam ini. Beberapa hari lalu melawan Wigan, dia juga luar biasa. Namun malam ini, aku pikir dia spesial," kata Cahill menegaskan. Dengan kata lain, Hazard boleh jadi bagian dari proses perakitan atau proses dari "gerak mesin" Chelsea.
Dalam cengkeraman proses produksi, Chaplin tidak dibolehkan lengah. Bila Chaplin lengah, proses perakitan tidak dapat berjalan alias macet. Kelengahan dalam ban berjalan proses produksi, akan dibayar oleh masing-masing pekerja dan dicap sebagai sosok yang mangkir oleh majikan.
Ujung-ujungnya, Chaplin merasa frustrasi pada dirinya karena terus bersikap keliru bereaksi. Ia tidak bisa beristirahat karena semuanya dikendalikan oleh mesin. Setidak-tidaknya, Hazard belum diterpa frustrasi membela Chelsea.
Yang mengalami frustrasi, justru bekas klub Hazard, Lille. Kaburnya Hazard ke Chelsea menyisakan penyesalan mendalam di kubu Lille.
"Tidak ada pemain yang dapat menggantikan Hazard. Kami telah kehilangan pemain besar. Lille selalu bermain kolektif dan sejak transfer itu terjadi, permainan itu bakal hilang," ujar kapten tim, Rio Mavuba.
Beda dengan Chaplin yang mengail pesimisme di laga sinema, Hazard terus memancing butir-butir kesan optimisme di laga bola. Apakah Hazard dan Chaplin akhirnya sama-sama bakal menjalani suka-duka roda kehidupan?
Salah satu pemain yang menghantar Prancis merebut Piala Dunia, Christophe Dugarry menyatakan, "Ia (Hazard) tampil sebagai pemain yang lebih cepat dibandingkan dengan Zidane, lebih punya kemampuan teknik mumpuni dibandingkan Thierry Henry."
Bahkan, mantan pelatih Marseille Rolland Courbis membandingkan Hazard dengan pemain terbaik dunia Lionel Messi. "Pada masanya ia akan menyamai Lionel Messi," kata Courbis.
Chaplin hanya bekerja mengencangkan baut selama berjam-jam. Tampil jenaka, Chaplin melakukan gerak pantomim tanpa terikat aturan apapun, sementara Hazard melakukan gerak di lapangan hijau sesuai instruksi sang manajer.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar